Perwirasatu.co.id-Pekanbaru - Malam itu, suasana rumah Muflihun SSTP MAp di Jalan Bakti, Kecamatan Bukitraya, begitu hening. Di ruang tamu yang Muflihun duduk sendirian, merenungi hari-hari berat yang telah ia lalui. Mata lelaki berusia 45 tahun itu terlihat sembap, namun ia berusaha menyembunyikan rasa pedih di balik senyumnya yang tipis.
“Saya hanya ingin mengabdi untuk kota ini. Apa salah saya sampai mereka tega menyebarkan fitnah seperti ini?” ucapnya pelan, berusaha menahan tangis.
Dalam beberapa pekan terakhir, nama Muflihun menjadi sorotan. Calon Wali Kota Pekanbaru yang lahir dan besar di kota ini menjadi target berbagai serangan politik. Dari isu hukum, berita bohong tentang keluarganya, hingga tuduhan yang tak berdasar, semuanya diarahkan untuk menjatuhkannya menjelang hari pencoblosan.
“Lawan politik saya tidak hanya menyerang saya, tapi juga keluarga. Mereka ingin membuat saya terlihat buruk di mata masyarakat. Tapi yang lebih menyakitkan, fitnah ini membuat anak-anak saya ikut menanggung beban,” katanya lirih.
Perjuangan Anak Pekanbaru
Sebagai satu-satunya calon Wali Kota yang asli Pekanbaru, Muflihun tumbuh besar dengan memahami denyut kehidupan masyarakat di kota ini. Ia mengawali kariernya sebagai aparatur sipil negara (ASN) dan perlahan meraih berbagai pencapaian hingga menjadi Penjabat Wali Kota Pekanbaru. Namun, keputusan untuk meninggalkan kenyamanan sebagai ASN demi mencalonkan diri sebagai Wali Kota Pekanbaru ternyata membawanya pada jalan yang penuh onak duri.
“Saya bisa saja tetap jadi ASN, hidup nyaman, dan mengejar karier. Tapi saya memilih untuk melangkah ke politik agar bisa membangun Pekanbaru lebih baik. Saya tidak ingin kota ini dikuasai oleh mereka yang hanya memikirkan keuntungan pribadi,” tegasnya.
Namun, perjuangan itu harus dibayar mahal. Tak hanya kehilangan privasi, ia juga menjadi sasaran empuk dari berbagai pihak yang merasa terganggu oleh visinya yang tegas melawan mafia proyek dan politik uang.
Menolak Politik Uang
Salah satu hal yang membedakan Muflihun dari calon lainnya adalah keberaniannya untuk menolak campur tangan pemodal besar. Bagi Muflihun, setiap rupiah yang ia terima sebagai dana kampanye harus bersih dari kepentingan yang berpotensi mencederai APBD Pekanbaru.
“Saya tidak mau APBD Pekanbaru tergadai hanya karena saya meminjam dana dari pemodal. Kalau itu terjadi, program seperti berobat gratis, dokter on call, santunan kematian, atau subsidi bunga nol persen untuk UMKM akan hilang. Saya tidak rela masyarakat kehilangan hak mereka,” tegasnya.
Namun, sikap itu membuatnya menjadi musuh banyak pihak. Fitnah demi fitnah dilontarkan untuk merusak reputasinya. Bahkan, survei terbaru yang menunjukkan elektabilitasnya unggul justru membuat serangan politik semakin tajam.
“Mereka tahu masyarakat mendukung saya, jadi mereka mulai menggunakan cara-cara kotor. Tapi saya percaya, masyarakat Pekanbaru bisa melihat mana yang benar dan mana yang hanya fitnah,” katanya optimis.
Dukungan di Tengah Fitnah
Meski didera berbagai tuduhan, Muflihun tak pernah kehilangan semangat. Dukungan dari masyarakat, terutama mereka yang merasakan dampak langsung dari program-program yang ia jalankan, menjadi sumber kekuatannya.
“Ketika ada warga yang bilang bahwa santunan kematian membantu mereka bertahan, atau bahwa dokter on call menyelamatkan nyawa anggota keluarganya, saya merasa semua perjuangan ini tidak sia-sia,” ujarnya sambil tersenyum tipis.
Ia juga berharap masyarakat Pekanbaru bisa tetap bijak menghadapi fitnah yang beredar. “Jangan biarkan demokrasi kita dirusak oleh kebohongan. Pilihlah dengan hati nurani, bukan karena hasutan atau tekanan,” imbaunya.
Air Mata di Malam Sunyi
Malam semakin larut, dan Muflihun kembali tenggelam dalam keheningan. Ia mengambil Al-Quran kecil yang tergeletak di meja, membacanya perlahan. Bagi Muflihun, di tengah badai fitnah, ia hanya bisa berserah kepada Sang Pencipta.
“Saya yakin Allah tidak akan membiarkan kezaliman terus terjadi. Saya hanya ingin membangun Pekanbaru. Kalau niat saya tulus, saya percaya keadilan akan datang,” ucapnya sebelum menyeka air mata yang menetes di pipinya.
Perjalanan Muflihun mungkin belum selesai. Namun, kisahnya sebagai seorang putra daerah yang mencoba melawan fitnah dan tetap berpegang pada integritas adalah pengingat bahwa kejujuran dan ketulusan selalu memiliki tempat di hati rakyat. Di tengah gemuruh politik yang kerap tak kenal belas kasihan, Muflihun berdiri tegak dengan keyakinan bahwa kebenaran akan selalu menemukan jalannya.
(Tim Liputan)
Tulis Komentar