Keterangan Gambar : Antrian panjang kendaraan mulai dari simpang jalan abri hingga ke pasar baru Panyabungan. Selasa (02/12/2025).Perwirasatu.co.id --Mandailing Natal — Derita warga belum berakhir. Setelah banjir melanda sejumlah wilayah dalam beberapa hari terakhir dan memaksa ratusan keluarga mengungsi, kini warga kembali dihantam persoalan baru: kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM). Sejumlah SPBU di Panyabungan dan kecamatan sekitar dipadati antrean panjang kendaraan sejak pagi hingga malam, namun pasokan tidak kunjung datang.
Kelangkaan BBM terjadi akibat akses distribusi yang terputus oleh banjir dan longsor di beberapa titik jalan utama, seperti jalur Panyabungan—Kotanopan dan Panyabungan—Kotanopan. Truk pengangkut BBM harus berhenti berjam-jam karena jalan tertutup material longsor dan banjir yang masih tinggi. Akibatnya, distribusi terhambat, dan stok SPBU menipis.
Sementara itu, warga mengeluhkan melonjaknya harga BBM eceran di pasaran. Harga bensin botolan naik hampir dua kali lipat dalam satu hari terakhir. Para pengguna kendaraan roda dua dan roda empat terpaksa berebut untuk mendapatkan bahan bakar demi kebutuhan transportasi, logistik makanan, dan bantuan bagi korban banjir.
“Banjir belum selesai, kini BBM langka. Kami semakin sulit bergerak mengantar bantuan dan bekerja,” keluh seorang warga yang sudah mengantre lebih dari tiga jam.
Situasi ini memicu sorotan terhadap lambatnya respon pemerintah dalam memastikan ketersediaan pasokan energi saat bencana terjadi. Kebijakan penanganan bencana dianggap tidak terintegrasi dengan sistem distribusi logistik vital seperti BBM, sehingga masyarakat kembali menjadi korban kedua akibat kelalaian koordinasi.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada kepastian kapan distribusi BBM kembali normal. Warga berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret agar derita tidak terus berlapis di tengah bencana.
( Red )
Tulis Komentar