Perwirasatu.co.id-Kemampuan seorang pemimpin sering terlihat dari seberapa besar kapasitas seseorang dalam menguasai dan mengendalikan persoalan yang dihadapinya. Diluar faktor lain seperti integritas dan good will yang dimilikinya, namun kepribadian seorang pemimpin tentu menjadi kunci untuk melihat sejauh mana apa daya dukung dan daya dorong masyarakat serta setinggi apa harapan rakyat itu dapat dientaskannya. Maka tak heran, jika sikap seorang pemimpin itu menjadi barometer pusat perhatian, untuk melihat apa dan dengan cara bagaimana segala sesuatu persoalan itu dapat diselesaikannya.
Banyak yang menerima seorang pemimpin manakala menampakkan sisi keberpihakkannya terhadap masyarakat kecil, namun banyak juga yang menolaknya ketika dirasakan pemimpin tersebut hanya memanfaatkan jabatannya untuk berbagi kemakmuran dengan para kroni dan saudagar kaya semata. Dari fakta semacam ini, maka wajar jika masyarakat menunggu-nunggu kapan masa jabatan seorang pemimpin itu akan berakhir, sehingga mereka akan berpindah pada calon pilihan pemimpin selanjutnya. Dimana hukum konstitusi kita tidak memberikan peluang untuk menurunkan seorang pemimpin tanpa menyalahi aturan perundang-undangan apapun.
Jika pemimpin yang terpilih melalui cara-cara yang dirasakan sarat akan politik identitas sebagaimana yang saat ini nampak seakan-akan tertolak dari setiap penampilannya, bahkan penolakan itu hingga berujung cibiran dan sikap antipati yang cenderung menjauhinya. Maka kita pun menyaksikan bahwa ternyata ada seorang pemimpin yang diharapkan memimpin dalam masa waktu yang panjang, sehingga ketika mendekati masa berakhir jabatannya, masyarakat pun menyuarakan apapun demi agar idolanya tetap pada kursi kekuasaannya. Bahkan masyarakat menuding jika UU pembatasan masa jabatan Presiden itu justru mengkebiri keinginan rakyat semata.
Padahal selama rezim SBY, masyarakat tidak memberikan peluang yang sama, bahkan ibarat kafilah, rakyat menginginkan agar beliau cepat berlalu. Sedikitnya terdapat 3 hal yang secara substantif yang tidak di inginkan atas kelanjutan masa jabatan SBY ketika itu, yaitu, kasus korupsi yang melibatkan partainya sendiri, kasus century yang disinyalir merupakan rekayasa penggelapan uang negara, proyek-proyek mangkrak yang merugikan keuangan negara yang hingga saat ini terbengkalai begitu saja. Tentu saja hal itu menampakkan bahwa sisi amanah rakyat atas akumulasi pajak yang dibayarkan tidak terkelola secara baik.
Berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Jokowi pada saat ini, apalagi dalam satu periodenya yang telah banyak menampakkan hasil dari berbagai pembangunan wilayah diseluruh indonesia, memang beliau bukan sosok pemimpin yang tidak dapat disandingkan pada sisi kesempurnaan manusia, akan tetapi pada kenyataannya, masyarakat merasakan cukupnya kebutuhan akan sosok seorang pemimpin yang di idolakannya. Tak perduli orang disekitarnya suka atau tidak, yang pasti setiap pribadi mengakui bahwa hadirnya Jokowi telah sanggup menghilangkan dahaga pada surutnya kepedulian seorang pemimpin terhadap rakyatnya pada masa ini.
Kecintaan rakyat terhadap jokowi, ibarat mantan pacar yang bermesraan dengan kekasih barunya, yang tentu saja mendatangkan kecemburuan bagi sang mantan yang telah menyianyiakan hingga kekasihnya tersebut berpaling dengan yang lain. Sebab betapa tidak, usaha untuk mengembalikan sang kekasih tersebut tertolak dan menjadi terhenti yang pada akhirnya berubah sebagai penyesalan bagi dirinya, manakala mantan kekasihnya itu telah secara terang-terangan menolak untuk kembali kepadanya. Begitu pula yang dirasakan mantan presiden yang lalu, tentu waktu 10 tahun itu menjadi penyesalan bagi dirinya, kenapa dahulu beliau tidak melakukan apa yang dilakukan Jokowi saat ini.
Walau bagaimana pun, setiap orang tentu ingin dirinya disukai atau dicintai, namun kesemuanya itu tentu dari buah hasil apa yang ditanamkannya, tidak mungkin seseorang akan menuai tanpa menanam terlebih dahulu. Walau dari sisi perawakannya beliau tidak tegap layaknya profil orang gagah, serta tidak pula tampan sebagaimana idola wanita pada umumnya, namun segenap mata masyarakat indonesia, bahkan dunia pun tertuju kearahnya, hingga mengubur segala kekurangan yang dimilikinya. Apalagi jika kita melihat latar belakangnya yang pernah digusur dari emperan kali, justru membuat kekaguman pemimpin dunia, betapa dirinya menjadi sosok yang The Only One dengan segala ketangguhannya.
Tulisan ini bertujuan untuk mengingatkan kepada seluruh pejabat tanah air negri ini, agar pandai-pandailah mengambil peluang untuk menerapkan sisi amanah dari sebuah jabatan, jangan sampai anda berharap melakukan itu semua, dimana justru masa jabatan itu telah berakhir hingga yang tersisa hanya kata : "sekira aku dahulu melakukan ini dan itu, tentu namaku akan dikenang oleh masyarakat sebagai orang yang baik". Kesimpulannya, walau pun uang yang anda hasilkan dari masa kekuasaan itu begitu melimpahnya, namun hal itu tidak akan cukup untuk membeli kasih sayang rakyat terhadap pemimpin yang pernah diharapkan memberikan perhatian dan kasih sayang untuk dicintai dengan sepenuh hati.
Penulis : Andi Salim
Tulis Komentar