Palsu Semakin Jelas, Termul Teriak KerasOleh: M Rizal Fadillah | Pemerhati Politik dan Kebangsaan

$rows[judul]

Perwirasatu.co.id_MENGEJAR ijazah asli jokowi tentunya melelahkan, karena dipastikan tidak akan pernah dapat. Pasalnya, jokowi tidak memiliki ijazah asli. Akan tetapi berburu ijazah palsu cepat atau lambat akan dapat. Si jokowi sudah hampir menyerah dan lelah dalam menyimpan ijazah palsunya. UGM dan Kepolisian juga belepotan ikut sibuk menyembunyikan barang haram tersebut.

Setelah berkali-kali sukses memaksa Prabowo datang menghadap jokowi di Solo, maka pada hari Sabtu 4 Oktober 2025 jokowi lah yang terpaksa datang ke Kertanegara menghadap Prabowo. Konstelasi politik berubah, jokowi mulai goyah dan ia tidak mampu berjalan dengan gagah. Sakit didera berbagai masalah. Kini ia butuh bantuan Prabowo.

Pertemuan Kertanegara bersifat rahasia dan mendadak. Berlangsung 2 Jam sambil makan siang tanpa publikasi dari juru bicara istana atau lainnya. Wajar diinterpretasi ada masalah berat. Hantaman pada Jokowi dan keluarga memang datang bertubi-tubi. Dari urusan ijazah palsu, korupsi, Bobby Nasution, hingga Gibran yang tidak aman.

Yang terberat tentu skandal ijazah palsu. Hal ini karena bukan saja menimpa dirinya tetapi sudah menyasar kepada Gibran sang putera mahkota. Kejumawaan sebagai alumnus UGM ataupun MDIS Singapura dan UTS Australia nyaris ambruk. Ketidakpercayaan meluas.

Publik sudah lama yakin Ijazah Jokowi itu palsu, tapi terus saja ditutupi dengan segala cara, termasuk menggalang dukungan palsu, maklum keuangan masih berkuasa. Pragmatisme menjadi ideologi bangsa dan negara. Jokowi menggiring ternak yang beranak pinak dengan biaya banyak. Ternak Mulyono atau Termul sebutannya.

Setelah KPU menyerahkan ijazah legalisasi persyaratan Capres Jokowi, maka sudah semakin jelas kepalsuan ijazahnya. Terlalu banyak bukti ijazah itu identik dengan yang beredar selama ini. Adapun ijazah demikian sudah dibongkar habis dengan konklusi palsu. Jokowi semakin kepepet dan panik berat. Apalagi status pendidikan Gibran pun ternyata terkoyak-koyak.

Hendak berkelit kemana ia ? Bantuan UGM maupun Kepolisian tidak mampu mengubah ijazah itu menjadi asli. Pembuktian forensik hanya menunggu waktu. Tentu saja hal ini membuat Jokowi semakin cemas. Termul diberdayakan menjadi andalan terakhir, khususnya sebagai tukang omong dan tukang teriak.

Laporan pencemaran, fitnah, atau penghasutan oleh Jokowi dan Termulnya di Polda Metro Jaya menjadi alat pembias dan pembelok yang menurut mereka efektif. Polisi didesak agar cepat memberi status Tersangka kepada para Terlapor. Mereka teriak-teriak putus asa. Dikira dengan status itu nantinya Jokowi akan kembali mengendalikan ritme. Sekurangnya melalui strategi keseimbangan.

Benar bahwa Polisi menjadi bagian juga dari Termul, akan tetapi secara vulgar menetapkan status Tersangka untuk pembuktian yang lemah dan pokok utama belum terbukti keaslian ijazah Jokowi bukanlah hal yang mudah. Isu kriminalisasi akan membuat Kepolisian semakin hancur lebur atau babak belur. Meski beritikad membela Jokowi tetapi Kepolisian akan tetap berhati-hati. Kondisi sangat berbahaya.

Termul atau pendukung Jokowi mulai hilang akal. Konferensi pers Ade Darmawan, Frederick Damanik, Andi Azwan dan lainnya agar Polda Metro Jaya segera menetapkan Tersangka adalah jeritan keputusasaan. Ditambah suara parau emak-emak yang katanya akan melakukan aksi dengan BH dan CD di Markas Kepolisian. Ha ha ha emak-emak Termul nekad melanggar UU Pornografi.

Rupanya semakin tidak waras saja Termul melangkah. Jokowi sekarat menjelang kiamat. Semua pilihan pahit, mau mengaku atau ngumpet di gorong-gorong? Lari ke luar negeri atau semedi? Jadi dukun atau pura-pura gila Minta maaf atau kembalikan semua harta? Bumi hangus atau bunuh diri? Seluruh kondisi menjadi berat akibat keputusan yang sangat terlambat.

Ijazah itu semakin jelas palsu, Termul teriak sampai serak dan tidak bisa lagi bergerak. Takdir sulit untuk ditolak. Sebentar lagi cerita tentang kebodohan dan kepalsuan Jokowi, famili, dan kroni akan selesai. (®)

Tragedi bangsa ini terulang kembali.

Bandung, 5 Oktober 2025

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)