Perwirasatu.co.id-Jakarta - Badan Intelijen Nasional Korea Selatan baru-baru ini melaporkan bahwa Korea Utara mengirim pasukan khusus untuk membantu operasi militer Rusia di Ukraina. Menurut pernyataan mereka, militer Korea Utara mulai mengerahkan unit elit ini melalui kapal angkatan laut Rusia dari 8 hingga 13 Agustus, menandai apa yang mereka yakini sebagai awal keterlibatan langsung Pyongyang dalam konflik tersebut.
Intelijen Korea Selatan secara khusus mencatat pergerakan sekitar 1.500 pasukan komando Korea Utara dari daerah dekat Chongjin, Hamhung, dan Musudan ke kota pelabuhan Rusia Vladivostok, menggunakan empat kapal pendarat amfibi dan tiga kapal pengawal dari Armada Pasifik Rusia.
Mereka juga mengantisipasi gelombang kedua penyebaran segera. Sementara itu, ada beberapa penerbangan yang melibatkan pesawat kargo berat An-124 Angkatan Udara Rusia yang melakukan perjalanan antara Vladivostok dan Pyongyang, meskipun tujuannya masih belum jelas. Sumber-sumber Korea Selatan mengklaim bahwa pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, bersama dengan pejabat senior militer, secara pribadi memeriksa unit elit tersebut dua kali— pada tanggal 11 September dan 2— Oktober sebelum mereka dikirim.
Namun, penting untuk dicatat bahwa klaim dari Korea Selatan dan Ukraina ini tetap tidak diverifikasi oleh sumber independen, sehingga menimbulkan pertanyaan tentang keakuratannya. Kedua negara mempunyai motivasi yang kuat untuk menekankan keterlibatan Korea Utara, yang bertujuan untuk menggalang dukungan tambahan dari Barat untuk perjuangan mereka masing-masing.
Meskipun kurangnya konfirmasi, kemungkinan adanya pasukan khusus Korea Utara di Ukraina dapat mengubah dinamika konflik, terutama di wilayah yang diperebutkan seperti Kursk, Donbas, dan tempat lain. Unit-unit ini telah mengumpulkan reputasi sebagai salah satu yang paling mampu di dunia.
Kinerja mereka dalam konflik-konflik sebelumnya, seperti operasi bayangan di Suriah, di mana mereka dianggap sangat mematikan oleh pasukan oposisi, dan infiltrasi legendaris mereka di Korea Selatan, menimbulkan kekhawatiran atas potensi dampaknya di Ukraina.
(Tim Liputan)
Tulis Komentar