Perwirasatu.co.id-Garut-Gagasan Mas Anies Rasyid Baswedan tentang "Sigmazing Cities Become Global, How?” sangat mengundang tanggapan dan perhatian dari banyak kalangan, terutama kami yang selama ini aktif sebagai pemerhati sejarah.
Inti pemaparan dari "Sigmazing Cities Become Global, How?” adalah membahas tentang pentingnya memori kolektif kota dalam pembangunan masa depan. Membangun kota masa depan itu bukan hanya mempersiapkan fisik kotanya, tapi juga harus merawat memori kolektifnya. Kota yang hebat adalah kota yang tahu dan paham masa lalunya (sejarah). Kota yang memutus masa lalunya, akan kesulitan membentuk arah masa depannya dengan kemajuan.
Dalam hal ini kami berpandangan bahwa pemahaman sejarah akan masa lalu adalah fondasi bagi karakter dan identitas sebuah bangsa, termasuk dalam konteks pembangunan kota itu sendiri. Kota, bangsa, bahkan individu yang melupakan sejarahnya akan mudah kehilangan arah. Maka, dalam konteks pendidikan, ini adalah pengingat agar kurikulum sejarah tidak hanya jadi pelengkap, tapi harus menjadi jantung dari pembentukan identitas generasi muda.
Dengan demikian kami meyakini bahwa kota yang dibangun tanpa narasi historis maka ibarat rumah tanpa pondasi. Tantangan ini terutama menghadapi era globalisasi dan revolusi digital, dimana banyak generasi muda yang lebih mengenal budaya luar dibandingkan akar sejarah bangsanya, kotanya dan bahkan sejarah dirinya sendiri.
Sebagai pemerhati sejarah kami memandang maka semakin penting untuk merawat memori kolektif itu. Dan gagasan Mas Anies mempertegas bahwa pembangunan tidak hanya soal fisik, tapi juga ruh (sejarah) kota.
Disini semakin sangat jelas keberanian Mas Anies untuk menyuarakan pentingnya identity building dalam proses urbanisasi menunjukkan bahwa pembangunan yang ditawarkan tidak melulu teknokratis, tetapi juga humanistik dan berakar pada nilai budaya yang kaya akan sejarahnya. Artinya bahwa pembangunan itu harus menyentuh batin masyarakat, bukan hanya kantongnya. Ketika sejarah dijadikan elemen perencanaan kota, maka masyarakat akan merasa memiliki, terhubung, dan bangga terhadap kotanya. Kondisi ini akan membentuk ketahanan sosial yang sangat kuat dalam tatanan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Semoga tulisan ini bermanfaat dalam membangun kesadaran akan pentingnya sejarah bagi semua kalangan khusus pelajar Indonesia. RAHAYU.
Oleh : Kang Oos Supyadin SE MM, Pemerhati Kesejarahan & Budaya sekaligus Pengurus Dewan Adat Kabupaten Garut (DKAG)
Tulis Komentar