Perwirasatu.co.id-Garut-Dalam banyak tulisan daerah Garut yang sekarang merupakan wilayah yang mendapatkan perhatian khusus dari Kanjeng Sinuhun Syekh Syarif Hidayatullah Gunung Jati Cirebon. Hal ini diperkuat dengan diislamkannya Prabu Liman Sanjaya dari Kerajaan Kerta Kerahayuan (Rumenggong) dengan nama Islam menjadi Sunan Cipancar sebagai Adipati Limbangan (nama Limbangan pun konon diberikan oleh Sunan Gunung Jati), peristiwa ini tercatat pada tahun 1525.
Bukti perhatian Kanjeng Sinuhun Sunan Gunung Jati ke wilayah Garut ini juga seperti dikisahkan terbentuknya kedaleman Kandangwesi lebih dari 40 susunan setingkat Dalem yang keseluruhannya atas perintah Sunan Gunung Jati atau Keratonan Cirebon dalam upaya ekspansi baik penyebaran maupun penguatan Islam di tatar Garut. Demikian halnya dengan keberadaan pesantren di Tanjung Singuru yang patut diduga telah berdiri sejak abad 16 dengan tokoh sentral Syekh Fatah Rahmatullah yang selanjutnya dilanjutkan oleh Syekh Nur Faqih.
Berdasarkan sumber tulisan Rd Aceng Tajul Arifin dengan judul Sejarah Bani Faqieh Al-Falah Biru Garut Edisi Ke II Tahun 2006 disebutkan bahwa diperkirakan pertengahan abad 17 Pondok Pesantren Tanjung Singguru, di masa Embah Ajengan Nur Faqih alias Syekh Nur Faqih menjadi pondok pesantren besar yang begitu dihormati oleh Kerajaan Timbanganten dan pemerintahan kolonial Belanda. Sepertinya keberadaan pesantren Tanjung Singuru pada masa Syekh Nur Faqih ini sejaman dengan Syekh Abdul Muhyi Pamijahan, juga termasuk Syekh Jafar Sodik di Haruman Cibiuk Limbangan.
Pada masa keemasan Pondok Pesantren Tanjung Singuru, santri yang belajar di pondok pesantren ini, tidak hanya dari Garut. Namun juga berasal dari berbagai daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur hingga dari Pulau Sumatera dan Madura.
Maka sangat pantas jika Syekh Nur Faqih memiliki pengaruh yang kuat terbukti sampai-sampai pemerintah kolonial Belanda saat itu, memberi hak otonomi khusus bagi wilayah Tanjung Singuru yang terdiri dari 12 kampung yang batasnya di wilayah timur Kampung Batu Nanceb, wilayah Barat Kampung Cidadali, wilayah Selatan Kampung Geger Pasang dan batas wilayah utara adalah Gunung Gede (Guntur) dengan dipimpin langsung Syekh Nur Faqih dan dibantu seorang Senopati yaitu Raden Bagus Angga Singa.
Dibawah pimpinan Syeikh Nur Faqieh, 12 kampung ini mendapat hak istimewa dari pemerintah kolonial Belanda berupa pembebasan dari pajak, cukai dan kerja paksa karena pada masa itu, pemerintah kolonial Belanda tengah mempekerjakan warga untuk berjaga di kaki Gunung Guntur. Karena mendapat hak istimewa bebas dari pajak dan lainnya, warga di 12 kampung tersebut bisa hidup makmur diatas tanah yang memang terkenal subur. Hak istimewa tersebut bertahan hingga Syekh Nur Faqih wafat yang diperkirakan pada tahun 1711 M.
Maka kepemimpinan Pondok Pesantren Tanjung Singuru pun, selanjutnya dipimpin oleh putranya yaitu Syekh Qomaruddin dan selanjutnya dilanjutkan oleh putranya Syekh Nur Wajah.
Pondok Pesantren Tanjung Singguru sendiri, diperkirakan mulai runtuh setelah Syekh Nur Wajah wafat. Meski demikian, kesembilan putra dari Syekh Nur Faqih telah mendirikan pondok pesantren di berbagai daerah diantaranya :
1. Raden Istri Embah Puja (Kaum Tarogong Garut)
2. Raden Kyai Nursaman (Copong Garut)
3. Embah Nur Saiman (Tarogong Garut)
4. Embah Nur Samin (Paseh Bandung)
5. Embah Nur Syiyam (Gurundung)
6. Embah Ajengan Fakkaruddin (Al-Falah Biru Tarogong Garut)
7. Embah Ajengan Komaruddin (Tanjung Singuru)
8. Embah Sayaman (Cijengkol di Kalar)
9. Raden Kyiai Syamsuddin (Bojong Sirna).
Adapun silsilah Syekh Nur Faqih yang merupakan keturunan ke- 10 dari Sunan Gunung Djati yang memiliki nama asli Syekh Syarif Hidayatullah adalah (diurutkan dari yang teratas) :
1. Panembahan Pasarean (Anak Sunan Gunung Jati dari istri ke-5, Nyi Rara Tepasan)
2. Penembahan Dipati Syuwarga (Anak Panembahan Pasarean)
3. Sulthon Panembahan Ratu (Dipati Sedang Madya Gayam)
4. Sulthon Syamsuddin (Dipati Sedang Madya Gayam)
5. Sultan Giri Laya
6. Sultan Dipati Anom
7. Ariya Salingsingan Panembahan Amir
8. Syeikh Kamaludin
9. Embah Ajengan Nur-Kamaluddin
10. Embah Ajengan Nur-Faqieh (Tanjung Singguru).
Semoga tulisan ini bermanfaat, mohon koreksi dan masukannya jika ada kekurangcermatan data sebagai penyempurnaan penulisan dikemudian hari.
Oleh : Kang Oos Supyadin SE MM, Pemerhati Kesejarahan & Budaya
Tulis Komentar