Perwirasatu.co.id-Gaduh-GADUH soal ijazah palsu Jokowi, bukan barang baru. Sudah bergulir sejak lama. Sekitar 10 tahun. Tapi karena sorotan publik kian tajam, kini jadi makin ramai. Apalagi pengadilan terbuka kembali digelar. Pertanyaannya: kenapa Presiden Prabowo tetap diam?
Sebagai presiden, Prabowo "pasti" tahu persis duduk perkaranya. Dia punya semua resources yang dibutuhkan. Aparat, birokrasi, anggaran. Ada BIN, BSSN, TNI, Polri. Bahkan jaringan intelejen dan ahli forensik internasional. Memastikan asli atau palsu sebuah ijazah itu, perkara receh bagi presiden sekelas Prabowo. Tinggal ambil dokumen, cocokkan data. Gunakan bermacam teknologi yang dibutuhkan. Selesai. Tapi.. kok malah bisu?
Jawaban paling masuk akal: ini soal kalkulasi politik. Jangan usik dosa Jokowi, agar dosa sendiri tidak dibuka. Jangan korek borok kawan, kalau tak ingin luka sendiri ditaburi garam.
Bisa juga ada semacam kesepakatan tak tertulis, antara Jokowi dan Prabowo. Jangan usik masa lalu, agar jalan ke depan mulus? Atau ada kekhawatiran, jika skandal ini dibongkar, bangunan kekuasaannya ikut goyah?
Mungkinkah ini bagian dari “politik sama-sama untung”? Jokowi dapat perlindungan. Prabowo dapat kekuasaan. Kalau iya, bagaimana nasib keadilan dan kebenaran? Apa kabar amanah Rakyat?
Ataukah, memang Prabowo tidak peduli? Selama tidak mengganggu stabilitas kekuasaanya, biarlah kebohongan terus berjalan? Tapi, bukankah itu berarti negara ini lebih mirip sindikat ketimbang republik? Ini negara hukum atau negara dagang? Apakah keadilan bisa dibeli, ditukar, dan ditukar-tambah demi kompromi elit!?
Diamnya Prabowo hari ini bukan sekadar sikap politik. Tapi ini pertaruhan besar. Akankah dia jadi pemimpin sejati, yang tegak lurus menegakkan kebenaran. Atau hanya pelanjut sistem bobrok, demi selamatkan kekuasaan?! (Red)
Oleh : Edi Mulyadi (Wartawan Senior)
Jakarta, 17 Mei 2025
Tulis Komentar