![$rows[judul]](https://perwirasatu.co.id/asset/foto_berita/IMG-20250719-WA0030_1.jpg)
Perwirasatu.co.id-Garut-Saya memahami bahwa sebagian pihak mungkin memiliki sudut pandang berbeda terkait acara pesta rakyat dalam rangka syukuran pernikahan pejabat publik di Garut. Namun dalam hal ini, saya ingin menyampaikan bahwa pemimpin bukan sekadar penyelenggara seremonial, melainkan pribadi yang harus memiliki kelebihan dalam hal perhitungan, kesadaran, dan kepedulian—dalam bahasa Sunda disebut surti.
Surti adalah nilai luhur dalam kepemimpinan Sunda:
Suatu bentuk ketajaman batin dan kebijaksanaan dalam membaca keadaan, terlebih ketika berhadapan dengan potensi bahaya atau risiko bagi rakyat. Seorang pemimpin yang surti tidak hanya paham kondisi masyarakat, tetapi juga mampu menahan diri dari keputusan gegabah yang bisa menimbulkan mudarat, meskipun niat awalnya baik.
Ketika sebuah acara justru menyebabkan korban jiwa dan luka-luka, maka ini bukan semata soal niat, tapi soal gagalnya intuisi dan tanggung jawab pemimpin untuk menjaga keselamatan rakyatnya.
Karena itu, saya tidak melihat ini sekadar beda persepsi—melainkan peringatan keras bahwa popularitas dan pencitraan tidak boleh mengalahkan tanggung jawab moral dan sosial seorang pemimpin.
Semoga kejadian ini membuka mata banyak pihak, bahwa pesta dan euforia sesaat tidak sebanding nilainya dengan satu nyawa manusia yang melayang.
Hormat saya,
Holil Aksan Umarzen
Garut, 19 Juli 2025
Tulis Komentar