Terbukanya Topeng Kepalsuan jokowipertemanan jokowi, kebanyakan merupakan orang-orang yang bermasalah? Sebut saja misalnya Noel, Silfester, Budi Arie, Luhut, Tito dan lain-lainnya?

$rows[judul]Keterangan Gambar : Oleh: Saiful Huda Ems.

Perwirasatu.co.id - PERNAHKAH kita berpikir, kenapa kebanyakan orang-orang yang berada di sekitar pertemanan jokowi, kebanyakan merupakan orang-orang yang bermasalah? Sebut saja misalnya Noel, Silfester, Budi Arie, Luhut, Tito dan lain-lainnya? 

Terakhir, saya juga mendengar kabar selentingan, bahwa; Andi A, juga disebut oleh Noel terlibat dalam perkara TPPU. 

Belum lagi jika kita membicarakan persoalan Bobby Nasution, yang pernah disebut di Pengadilan Negeri Tipikor oleh salah seorang mantan Gubernur Maluku Utara, alm. Abdul Ghani Kasuba, tersangka korupsi tambang di Halmahera, bahwa; Bobby Nasution terlibat dalam penyalah gunaan izin pengelolaan tambang disana yang terkenal dengan Mafia Blok M. 

Lalu masih banyak lagi yang bisa disebutkan, keluarga jokowi yang terlibat korupsi di masa kepemimpinannya. Selain keluarga inti jokowi, orang-orang bermasalah yang saya sebutkan itu, saat ini tiba-tiba menjauh dari Jokowi, terkecuali Silfester yang mungkin masih bersembunyi di benteng pengaruh jokowi yang tersisa. 

Bahkan anehnya, Luhut sendiri yang awalnya seolah menjadi 'Kakak Pembina' jokowi dan bersama menggagas Kereta Api Cepat (Whoosh) yang saat ini ramai dipersoalkan oleh publik gara-gara mengalami kerugian triliunan dan terindikasi ada korupsi besar disana, malah mengatakan Proyek Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) itu sudah bermasalah dari awal perencanaan. Kacau sekali bukan?

Jika kita cermati, orang-orang bermasalah di lingkaran pertemanan inti jokowi ini, semuanya masih terus mendukung jokowi ketika dia di bulan-bulan pertama menyelesaikan tugasnya sebagai Presiden. Namun belakangan, setelah satu persatu mereka terlibat masalah hukum (korupsi), mereka satu persatu pun menjauh dari jokowi. 

Entah ini taktik untuk melindungi jokowi dari keterlibatan korupsi yang mereka lakukan, ataukah ada persoalan lain, yakni; ingin mencari perlindungan di benteng penguasa baru, yakni Presiden Prabowo Subianto. 

Mengenai hal itu, tentu mereka yang lebih tau alasan yang sebenarnya. Namun yang pasti, pertemanan mereka dengan jokowi sebelumnya sangatlah pasti berpengaruh dalam memuluskan rencana-rencana jahat korupsinya. Karena telunjuk jokowi sebagai presiden ketika itu, sangat menentukan di ACC tidaknya proyek-proyek strategis pemerintah. 

Di sisi lain, kitapun melihat ada orang-orang baik seperti Adian Napitupulu, Deddy Sitorus, Connie Rahakundini Bakrie, Haidar Alwi dll, yang dahulu berteman baik dengan jokowi, namun kemudian setelah mereka mengetahui bagaimana jahatnya jokowi, mereka satu persatu mulai menjauh dan kemudian malah berbalik terus menerus mengkritisi jokowi. Bahkan, disaat jokowi masih berkuasa di periode keduanya.

Ada lagi hal yang harusnya membuat kita berpikir, kenapa menteri-menteri terbaik ketika jokowi masih menjadi Presiden, malah dikeluarkan atau setidaknya tidak diangkat lagi oleh jokowi duduk di kabinet pada periode kedua pemerintahannya? 

Sebut saja misalnya Ignasius Jonan, Susi Pudjiastuty, alm. Rizal Ramli dll. Padahal, bukankah orang-orang yang baik seperti itu dan juga berprestasi, seharusnya malah dipertahankan?

Orang Jahat memang akan lebih nyaman berkumpul dengan orang jahat, sebab sebagaimana Oli yang bau tidak mungkin menyatu dengan air yang jernih. Begitulah hukum alam bekerja sesuai ketentuan-Nya. 

Melalui itu semua tanpa kita sadari, bahwa; Tuhan seolah menunjukkan pada kita, Rakyat Indonesia, bagaimana Topeng jokowi itu pada akhirnya terbuka. 

Orang yang dahulu terlihat ndeso namun jujur dan sangat sederhana, tidak tahunya menyimpan birahi kekuasaan yang membara hingga masa tuanya. Keluarganya, gemar barang-barang impor yang mahal dan mewah-mewah. Sebagaimana ditunjukkan oleh istrinya, Iriana yang tas bermerk Hermesnya saja diperkirakan berharga Rp. 494 juta.  

Sebagai rakyat yang rindu keadilan, kita tentu menunggu, kapan jokowi itu mulai diadili. Bukan karena iri, namun semata karena kita sudah berjanji pada Ibu Pertiwi, bahwa; keadilan harus diperjuangkan meskipun itu kadang sulit untuk kita dapatkan.

(Red)

3 November 2025.

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)