Wamen Transmigrasi Viva Yoga: Kawasan Transmigrasi Lagita Bengkulu Utara Berubah Jadi Kota Baru dengan Fasilitas Lengkap

$rows[judul]

Perwirasatu.co.id-‎Jakarta- Pada tahun 1980, Presiden Suharto membangun Bendungan Gajah Mungkur di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Sebelum pembangunan dimulai, penduduk di 17 desa yang terkena proyek ditransmigrasikan di berbagai kabupaten di luar Pulau Jawa. Salah satu kepala keluarga yang ikut transmigrasi karena proyek itu adalah Sunanto. Ia bersama dengan 71 kepala keluarga lainnya di-bedhol desa-kan ke Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu. Saat itu umur Sunanto masih 19 tahun.

‎Kali pertama datang di lokasi, Desa Giri Kencana Kecamatan Ketahun, dikatakan masih hutan belantara. “Masih banyak babi hutan dan harimau”, ujarnya. Berbagai infrastruktur pun menjadi kendala bagi diri dan transmigran lainnya dalam beraktivitas. Disebut untuk melakukan perjalanan dari Kota Bengkulu menuju ke Bengkulu Utara ditempuh dari pagi hingga sore karena jalannya masih berlumpur. “Sekarang hanya dua jam”, ujarnya.

‎Seiring perjalanan waktu dan ketekunan dirinya dalam menjalani hidup sebagai transmigran, semua telah mengubah hidupnya. Dua Ha lahan yang diberikan telah meningkatkan derajad hidupnya. Tanah yang subur dengan ditanami palawija mampu menghidupi diri dan keluarganya.

‎Diakui daerah yang sekarang ditempati telah berubah menjadi kawasan pertumbuhan ekonomi. Dikatakan di sini sudah banyak ATM dari berbagai bank. Dirinya pun beberapa kali bisa mengunjungi saudara-saudaranya yang ada di Wonogiri. “Ada yang menyesal mengapa tidak ikut transmigrasi”, ungkapnya. “Di kampung halaman saya lihat kondisinya begitu-begitu saja sehingga sangat beruntung kalau ikut transmigrasi”, tambahnya.

‎Di hadapan para transmigran dan masyarakat yang memenuhi Aula Balai Desa Giri Kencana, Kabupaten Bengkulu Utara, Provinsi Bengkulu, 9/9/2025, Wakil Menteri Transmigrasi Viva Yoga Mauladi mengatakan di Bengkulu ada 5 kawasan transmigrasi. Disebut di Bengkulu Utara di Lagita dan Enggano, Bengkulu Selatan di Kedurang, Kaur di Muara Saung, dan di Rejang Lebong ada di Padang Ulaktanding.  “Tujuan transmigrasi adalah untuk mengentaskan kemiskinan”, ujarnya.

‎Lebih lanjut dalam kunjungan kerja yang juga dihadiri oleh Gubernur Helmi Hasan, Wakil Gubernur Mian, dan Bupati  Arie Septia Adinata, Viva Yoga mengatakan dengan pemberian lahan 2 Ha mampu mengubah nasib transmigran menjadi lebih baik. “Kawasan transmigrasi bahkan menjadi lumbung pangan nasional terutama produksi beras”, ujarnya. Mantan anggota Komisi IV DPR itu senang sebab provinsi ini mampu mencukupi kebutuhan berasnya sendiri. 

‎Lebih membanggakan di Lagita telah berdiri Kawasan Terpadu Mandiri. Di kawasan ini ada rumah sakit daerah, gedung olahraga, islamic centre, serta kantor layanan masyarakat lainnya. “Kalau datang ke sini bukan seperti kawasan transmigrasi”, ujarnya. “Sudah seperti kota baru yang memiliki fasilitas yang luar biasa”, tambahnya.

‎Kawasan Terpadu Mandiri di Lagita diharapkan menjadi role model bagi pengembangan kawasan transmigrasi lainnya meski sudah banyak kawasan transmigrasi menjadi Kawasan Terpadu Mandiri.

‎Untuk lebih meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan transmigran dan warga lain yang menetap di kawasan transmigrasi, Viva Yoga dalam kesempatan tersebut memberikan bantuan Rp5,3 miliar kepada Bengkulu Utara dan Rp15,3 miliar kepada Provinsi Bengkulu yang berasal dari APBN Tahun Anggaran 2025. “Dengan bantuan ini kita harap membangkitkan semangat transmigran dan masyarakat di kawasan transmigrasi dalam menjalani aktivitasnya”, harapnya.

‎Viva Yoga mengungkapkan, Kementerian Transmigrasi memberikan bantuan dan perhatian kepada 154 kawasan transmigrasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Bantuan itu ditujukan untuk pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana, air bersih, penghubung jalan desa, dan lainnya yang dibutuhkan. “Agar percepatan pertumbuhan ekonomi dari kawasan transmigrasi bisa tercipta”, ujarnya.

‎(Red)

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)