Cahaya Yang Menjaga RumahSetiap rumah menyimpan dunia kecil yang membentuk jiwa penghuninya.

$rows[judul]Keterangan Gambar : para ulama dan para nabi menuntun kita untuk menjaga isi rumah sebagaimana menjaga hati, agar malaikat rahmat tidak terhalang memasuki tempat yang seharusnya menjadi istana ketenangan.


Perwirasatu.co.id -- Setiap rumah menyimpan dunia kecil yang membentuk jiwa penghuninya. Ia dapat menjadi tempat turunnya rahmat, atau justru ruang yang membuat hati terasa sesak tanpa sebab. Karena itu, para ulama dan para nabi menuntun kita untuk menjaga isi rumah sebagaimana menjaga hati, agar malaikat rahmat tidak terhalang memasuki tempat yang seharusnya menjadi istana ketenangan.

Di tengah perjalanan hidup yang penuh hiruk pikuk, rumah adalah tempat kita kembali untuk menenangkan batin. Namun, kita sering lupa bahwa ketenangan bukan hanya perkara suasana, warna dinding, ataupun tatanan perabot. Ia juga terkait dengan perkara ghaib yang dituntunkan oleh agama, tentang apa yang boleh dan tidak boleh kita hadirkan di dalam rumah. Termasuk salah satu yang paling sering luput dari perhatian adalah keberadaan gambar makhluk bernyawa yang terpajang di dinding atau benda-benda yang kita gunakan sehari-hari. Dalam banyak riwayat, Rasulullah ﷺ telah mengingatkan bahwa malaikat rahmat tidak memasuki rumah semacam itu. Hadis yang menjadi dasar kaidah ini sangat jelas, sebagaimana sabda beliau ﷺ:

«إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَا تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ كَلْبٌ وَلَا صُورَةٌ»

“Sesungguhnya malaikat tidak masuk ke rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan gambar makhluk bernyawa.” (HR. Bukhari no.3225, Muslim no.2106).

Ketika malaikat tidak masuk, maka hilanglah salah satu sumber ketenangan batin. Sebab malaikat rahmat adalah pembawa keberkahan, penjaga rumah dari gangguan-gangguan yang tidak terlihat oleh mata, serta pembawa ketenteraman yang membuat hati terasa lapang. Maka muncul pertanyaan yang menggugah diri: kalau bukan malaikat yang masuk, lalu siapa yang masuk ke rumah kita? Pertanyaan ini seharusnya membuat kita merenung lebih dalam mengenai apa yang kita tempatkan di ruang-ruang kehidupan kita. Gambar-gambar makhluk bernyawa yang dipajang dengan bangga, atau pakaian dengan ilustrasi makhluk hidup yang kita pakai dan simpan setiap hari, ternyata bukan perkara sepele dalam pandangan syariat. Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah, seorang ulama besar yang dikenal sangat teliti dalam menjelaskan hukum, pernah ditanya tentang hukum memakai pakaian bergambar makhluk bernyawa. Beliau menjawab dengan lugas:

«لَا يَجُوزُ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَلْبَسَ ثِيَابًا فِيهَا صُورَةُ حَيَوَانٍ أَوْ إِنْسَانٍ… وَذَلِكَ لِأَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَا تَدْخُلُ بَيْتًا فِيهِ صُورَةٌ»

“Tidak boleh seseorang menggunakan pakaian yang ada gambar hewan atau manusia… karena Nabi ﷺ bersabda: ‘Malaikat tidak masuk ke rumah yang terdapat gambar makhluk bernyawa.’” (Majalah Ad-Da’wah, 54/1756).

Penjelasan beliau bukan sekadar hukum fikih, tetapi juga isyarat bahwa manusia harus menjaga atmosfer spiritual dalam rumahnya. Gambar-gambar makhluk bernyawa bukan hanya menjadi hiasan visual, tetapi dapat menjadi penghalang turunnya rahmat. Bukan berarti Islam menutup pintu seni atau keindahan. Justru Islam mengajarkan estetika yang lebih bersih, lebih menenangkan, dan lebih selaras dengan fitrah. Seni dalam Islam bisa hadir dalam bentuk kaligrafi, pemandangan, ornamen geometris, atau pola-pola yang tidak menampilkan makhluk bernyawa. Semua ini menunjukkan bahwa Islam bukan agama larangan tanpa sebab, tetapi agama yang menjaga kualitas hidup manusia dengan cara yang halus namun tegas. Dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ mengingatkan manusia untuk memurnikan ibadah dan ketaatan hanya kepada-Nya dengan cara membersihkan segala bentuk penghalang yang merusak hubungan antara hamba dan Penciptanya. Allah ﷻ berfirman:

﴿وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ﴾

“Padahal mereka tidak diperintah kecuali agar menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam keadaan lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5).

Kemurnian itu bukan hanya berada di hati, tetapi juga pada apa yang kita tampilkan di sekitar kita. Rumah yang bersih dari hal-hal yang dilarang akan menjadi tempat yang memantulkan nilai-nilai ibadah. Ia menjadi ruang yang memberi kesempatan bagi malaikat untuk hadir, doa untuk naik, dan rahmat untuk turun. Dalam kehidupan modern, gambar makhluk bernyawa hadir dalam banyak bentuk—foto besar di dinding, poster, ilustrasi pada pakaian, hingga dekorasi yang tanpa kita sadari melanggar batas syariat. Karena itu, sikap terbaik adalah kehati-hatian. Tidak semua yang indah di mata baik untuk ruhani. Tidak semua yang tampak wajar dalam budaya populer sesuai dengan pedoman Nabi ﷺ. Membersihkan rumah dari gambar makhluk bernyawa bukan berarti menghapus kenangan atau menolak kreativitas. Melainkan menata kembali ruang agar menjadi tempat yang diberkahi. Kita bisa menyimpan foto pribadi pada album tertutup, bukan sebagai pajangan permanen. Kita bisa memilih pakaian yang tidak bergambar makhluk hidup. Kita bisa memilih dekorasi yang tetap indah tanpa melanggar batas syariat. 

Dalam proses ini, kita sedang menata bukan hanya rumah, tetapi juga jiwa. Karena rumah yang dijaga dari perkara-perkara yang menghalangi malaikat adalah rumah yang lebih dekat kepada ketenangan, lebih terlindungi dari gangguan yang tidak terlihat, dan lebih mudah menjadi tempat turunnya keberkahan. 

Pada akhirnya, setiap kita perlu bertanya kepada diri sendiri: rumah ini ingin diisi oleh apa? Rahmat atau sebaliknya? Sebab apa yang kita pilih untuk kita biarkan tinggal, akan menentukan siapa yang datang membawa ketenangan, dan apa yang hadir membawa kegelisahan. Semoga Allah ﷻ menjadikan rumah-rumah kita sebagai taman kecil yang dijaga oleh malaikat dan dipenuhi cahaya-Nya. Aamiin.

( Red )

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)