Menjaga Kehangatan Rumah Tangga Dalam Tidur BersamaKetika suami dan istri tidur terpisah karena masalah atau kesalahpahaman, sesungguhnya mereka sedang membuka celah bagi setan untuk menanamkan rasa jauh, dingin, dan saling curiga.

$rows[judul]Keterangan Gambar : Setiap rumah tangga yang dibangun atas dasar cinta dan keimanan pasti menginginkan kehangatan, ketenangan, dan kasih sayang yang berkelanjutan.

Perwirasatu.co.id - Setiap rumah tangga yang dibangun atas dasar cinta dan keimanan pasti menginginkan kehangatan, ketenangan, dan kasih sayang yang berkelanjutan. Namun, perjalanan hidup suami istri tidak selalu mulus. Ada saatnya perbedaan muncul, emosi memuncak, dan jarak batin terasa begitu nyata. Dalam kondisi seperti itu, sebagian pasangan memilih tidur terpisah, baik karena marah, jenuh, atau sekadar mencari ketenangan. Padahal, di balik keputusan kecil itu tersembunyi konsekuensi besar terhadap keharmonisan rumah tangga dan keberkahan kehidupan bersama. Tidur bersama bukan sekadar urusan fisik, tetapi juga menyangkut keberlangsungan spiritual, emosional, dan kasih sayang yang diridai Allah.

Islam memandang kebersamaan suami istri di malam hari sebagai bentuk ibadah dan tanda cinta yang suci. Rasulullah ﷺ bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

"وَفِي بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ"

“Dan pada kemaluan salah seorang di antara kalian terdapat sedekah.” (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa hubungan suami istri, termasuk kebersamaan mereka di tempat tidur, bukan semata-mata urusan duniawi, melainkan juga bernilai ibadah yang mengundang pahala. Maka, tidur bersama menjadi salah satu cara menjaga ikatan spiritual dan emosional yang diberkahi.

Ketika suami dan istri tidur terpisah karena masalah atau kesalahpahaman, sesungguhnya mereka sedang membuka celah bagi setan untuk menanamkan rasa jauh, dingin, dan saling curiga. Rasulullah ﷺ mengingatkan dalam sabdanya:

"إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنَ الإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ"

“Sesungguhnya setan itu berjalan di tubuh manusia seperti aliran darah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Jarak fisik dalam rumah tangga, apalagi ketika diwarnai amarah, sering kali menjadi jalan bagi setan untuk menebar bisikan agar hubungan semakin renggang. Karena itu, Islam menganjurkan agar pasangan suami istri segera berdamai, berpelukan, dan beristirahat bersama sebagai tanda cinta dan ketaatan kepada sunnah Nabi.

Rasulullah ﷺ sendiri adalah teladan terbaik dalam menjaga keharmonisan rumah tangga. Beliau tidur bersama istri-istrinya, bercanda lembut, bahkan membantu mereka dalam pekerjaan rumah sebelum beranjak ke tempat tidur. Aisyah r.a. pernah berkata:

"كَانَ يَكُونُ فِي مِهْنَةِ أَهْلِهِ، فَإِذَا سَمِعَ الأَذَانَ خَرَجَ"

“Beliau biasa membantu keluarganya (di rumah), dan jika mendengar adzan, beliau segera keluar (untuk salat).” (HR. Bukhari)

Kehadiran Nabi ﷺ di sisi istri-istrinya bukan hanya wujud cinta, tapi juga perlindungan dan keteladanan moral. Dari situ, kita belajar bahwa kebersamaan di malam hari memperkuat ikatan hati dan menghidupkan sunnah.

Sebaliknya, ketika pasangan memilih tidur terpisah tanpa alasan syar’i, banyak keburukan yang dapat timbul. Pertama, dijauhkan dari rahmat Allah, sebab rumah tangga yang dirundung dinginnya jarak tidak lagi dipenuhi doa dan kasih sayang. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

"وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً"

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu mendapatkan ketenangan padanya, dan Dia menjadikan di antara kamu rasa kasih dan sayang.” (QS. Ar-Rum [30]: 21)

Ayat ini menegaskan bahwa tempat tidur bersama adalah simbol “sakinah”, ketenangan jiwa yang menjadi inti dari pernikahan itu sendiri. Jika tempat itu kehilangan kehadiran pasangan, maka kehilangan pula makna ketenangan yang dijanjikan Allah.

Kedua, tidur terpisah dapat menyelisihi sunnah Rasulullah ﷺ yang mencontohkan kedekatan fisik dengan istrinya bahkan dalam keadaan ibadah. Aisyah r.a. menceritakan, beliau sering kali tidur di depan Nabi ﷺ yang sedang salat malam, dan bila ingin sujud, Nabi ﷺ menyentuh kaki Aisyah agar ia menarik kakinya sedikit. (HR. Bukhari dan Muslim). Ini adalah bukti betapa lembut dan dekatnya hubungan Nabi dengan istri beliau bahkan di tengah ibadah.

Ketiga, kebiasaan berpisah tempat tidur dapat memancing laknat malaikat, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

"إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا، لَعَنَتْهَا الْمَلَائِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ"

“Apabila seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidur lalu ia menolak, kemudian suaminya tidur dalam keadaan marah, maka malaikat melaknatnya sampai pagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini mengandung pesan bahwa keharmonisan di ranjang adalah bagian penting dari keharmonisan spiritual. Menolak tanpa alasan yang benar bisa mendatangkan murka, bukan hanya dari pasangan, tapi juga dari malaikat.

Keempat, tidur terpisah dapat menimbulkan gangguan komunikasi dan memperpanjang masalah. Saat suami dan istri tidak lagi berbagi tempat tidur, jarak hati pun melebar. Tidak ada lagi bisikan lembut sebelum tidur, tidak ada lagi doa bersama di penghujung malam, dan tidak ada kesempatan untuk menenangkan hati yang sedang terluka. Padahal, salah satu hikmah dari tidur bersama adalah membuka ruang maaf dan kelembutan. Rasulullah ﷺ bersabda:

"خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي"

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi)

Kelima, tidur terpisah dapat menimbulkan rasa gelisah dan kesepian. Manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang saling membutuhkan. Dalam dekapan pasangan, hati menjadi tenang dan jiwa menjadi damai. Tanpa itu, kesepian mudah menjelma, dan kesalahpahaman kecil bisa tumbuh menjadi jurang yang memisahkan.

Namun, Islam juga memahami bahwa dalam keadaan tertentu, tidur terpisah bisa diperbolehkan jika bertujuan mendidik atau memperbaiki keadaan, seperti dalam tahapan nasyuz (pembangkangan istri) sebagaimana disebutkan dalam firman Allah:

"وَاللَّاتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ فَعِظُوهُنَّ وَاهْجُرُوهُنَّ فِي الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوهُنَّ"

“Istri-istri yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka, pisahkanlah mereka di tempat tidur, dan pukullah mereka (dengan cara yang tidak menyakitkan).” (QS. An-Nisa [4]: 34)

Namun, ayat ini bukanlah pembenaran untuk menjauhkan diri karena marah atau gengsi, melainkan bentuk pendidikan dan introspeksi dalam batas waktu yang wajar, bukan kebiasaan.

Karenanya, pasangan suami istri hendaknya menjaga kedekatan dan kebersamaan, terutama di malam hari. Di situlah tempat cinta bersemayam, doa diucapkan, dan kehangatan keluarga terpelihara. Rumah yang penuh kasih dan tidur yang diliputi rahmat akan melahirkan keturunan yang tumbuh dengan cinta dan kedamaian.

Tidur bersama bukan hanya perkara berbagi ranjang, tetapi juga berbagi hati, maaf, dan doa. Dalam dekapan pasangan, ada ketenangan yang menenangkan jiwa, dan di sanalah rahmat Allah turun, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

"رَحِمَ اللَّهُ رَجُلًا قَامَ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى، وَأَيْقَظَ امْرَأَتَهُ، فَإِنْ أَبَتْ نَضَحَ فِي وَجْهِهَا الْمَاءَ، وَرَحِمَ اللَّهُ امْرَأَةً قَامَتْ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّتْ، وَأَيْقَظَتْ زَوْجَهَا، فَإِنْ أَبَى نَضَحَتْ فِي وَجْهِهِ الْمَاءَ"

“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun malam lalu salat, kemudian membangunkan istrinya. Jika istrinya enggan, ia memercikkan air ke wajahnya. Dan semoga Allah merahmati seorang istri yang bangun malam lalu salat, kemudian membangunkan suaminya. Jika suaminya enggan, ia memercikkan air ke wajahnya.” (HR. Abu Dawud)

Demikianlah Islam mengajarkan bahwa keintiman dan kebersamaan di malam hari bukan hanya pemenuhan kebutuhan jasmani, tetapi juga jembatan spiritual menuju ridha Allah. Sebuah rumah tangga yang hangat di malam hari akan melahirkan siang yang penuh berkah, dan pasangan yang saling merangkul di dunia kelak akan dipertemukan kembali dalam surga yang penuh cinta.

Editor: Bro Tommy 

Tulis Komentar

(Tidak ditampilkan dikomentar)