Keterangan Gambar : Foto edit by : Bro TommyPerwirasatu.co.id - Setiap manusia pasti akan melewati satu jalan yang sama: menua, sakit, lalu mati. Namun, yang membedakan hanyalah bagaimana cara seseorang menjemput ajalnya. Ada yang direnggut dalam lalai, dan ada pula yang dijemput dalam tenang, sedang lidahnya masih basah menyebut nama Allah. Itulah kematian yang dirindukan orang-orang beriman.
Kematian bukan sekadar peristiwa berakhirnya napas, tetapi juga awal dari perjalanan panjang menuju keabadian. Tidak ada yang lebih pasti dari kematian, namun juga tidak ada yang lebih sering diabaikan. Padahal Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an:
﴿كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ﴾
(Kullu nafsin dzā'iqatul maut, wa innamā tuwaffauna ujūrakum yaumal qiyāmah, fa man zuhziha 'anin nāri wa udkhilal jannata faqad fāz, wa māl ḥayātud dunyā illā matā'ul ghurūr)
Artinya: “Setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Dan nyata pada hari penghentian sajalah diberikan dengan balasan sempurnamu. Barang siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan hanyalah dunia kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran : 185)
Ayat ini menjadi pengingat yang mengejutkan hati. Kita hidup seolah-olah waktu masih panjang, padahal langkah kita sedang menuju liang lahat. Setiap detik sebenarnya adalah hitungan mundur menuju panggilan terakhir. Namun, Allah Maha Lembut; Ia masih memberi kesempatan agar kita memperbaiki diri sebelum ajal benar-benar tiba.
Rasulullah ﷺ pun mengingatkan:
«أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ»
(Aktsirū dzikra hādzimil laddzāt)
Artinya: “Perbanyaklah mengingat pemutusan segala kenikmatan (yaitu kematian).” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini bukan sekadar ajakan untuk takut, tetapi peringatan agar kita bijak memaknai hidup. Mengingat kematian bukan berarti murung, melainkan menata langkah agar hidup bernilai ibadah. Ketika seseorang sering mengingat mati, maka hatinya menjadi lembut, lisannya berhati-hati, dan amalnya menjadi lebih tulus.
Sungguh indah bila kematian datang dalam keadaan berzikir. Rasulullah ﷺ bersabda:
«مَنْ كَانَ آخِرُ كَلَامِهِ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ»
(Man kāna ākhiru kalāmihi lā ilāha illallāh dakhala al-jannah)
Artinya: “Barang siapa yang akhir perkataannya sebelum meninggal adalah 'Lā ilāha illallāh', maka ia akan masuk surga.” (HR.Abu Dawud)
Inilah cita-cita tertinggi seorang mukmin: wafat dalam keadaan mengingat Allah. Namun, kematian yang baik tidak datang tiba-tiba. Ia adalah buah dari kebiasaan hidup yang penuh dengan zikir, salat, doa, dan amal saleh. Orang yang terbiasa berzikir dalam hidupnya, insya Allah akan dimudahkan Allah untuk mengingat-Nya di saat ajal tiba.
Kita tidak tahu kapan dan di mana ajal datang. Bisa di rumah, di perjalanan, di tempat kerja, atau bahkan di masjid ketika sedang sujud. Maka alangkah indahnya bila setiap langkah kita menjadi persiapan untuk saat itu. Allah berfirman:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَانْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ﴾
(Yā ayyuhalladzīna āmanū ittaqullāha wal tanzhur nafsun mā qaddamat lighad, wattaqullāh, innallāha khabīrun bimā ta'malūn)
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr : 18)
Setiap amal kita, sekecil apa pun, akan menjadi bekal di hadapan Allah. Oleh karena itu, jangan pernah mengurungkan niat baik. Jangan biarkan hati keras karena kesibukan dunia. Dunia ini hanyalah tempat singgah, bukan tujuan akhir. Nabi ﷺ bersabda:
«كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ، أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ»
(Kun fid dunyā ka'annaka gharibun aw 'ābiru sabil)
Artinya: “Hiduplah di dunia ini ibarat engkau orang asing atau seorang pengembara.” (HR.Bukhari)
Kita semua sedang dalam perjalanan panjang. Setiap napas adalah langkah menuju kampung abadi. Maka, mohonlah agar ketika ajal datang, Allah menjemput kita dalam keadaan ridha dan diridhai. Berdoalah agar masih sempat menyebut nama-Nya di detik terakhir, sebagaimana doa yang penuh harap itu: “Ya Allah, jika Engkau menyambutku, jemputlah dalam keadaan aku sedang mengingat-Mu.”
Dan sungguh, tidak ada ketenangan yang lebih besar selain mati dalam dekapan rahmat Allah. Karena hakikatnya, kematian bagi orang beriman bukanlah akhir, melainkan awal dari perjumpaan paling indah dengan Rabb-nya. serupa sabda Rasulullah ﷺ:
«مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ»
(Man aḥabba liqā'allāhi aḥabba Allāhu liqā'ah)
Artinya: “Barang siapa yang mencintai perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun mencintai perjumpaan dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka marilah kita hidup dengan mengingat mati, bukan agar takut, tetapi agar sadar. Agar setiap sujud, zikir, dan salawat menjadi bekal terbaik di hari ketika semua nama dilupakan kecuali yang dicatat oleh Allah. Karena pada akhirnya, yang tersisa hanyalah amal dan doa. Dan semoga, ketika waktunya tiba, kita dijemput dalam keadaan tersenyum karena telah membawa cinta dan ridha-Nya pulang.
(Bro Tommy)
Tulis Komentar